Makalah Optik


INTERFERENSI
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Optik
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Heni Rusnayanti, M.Si
1309426879877462658.jpg
Disusun Oleh :
Marlinda Nurul Huda                         1210207063
Noprijal Budiman                   1210207080
Nursifa Fauziah                       1210207084
Rina  Marlina                          1210207093
Rizaludin Marom                    1210207094
Risky Ulfah Ijati                     1210207095
Shevty Riany                          1210207098
Titin Fatimah                           1210207108

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Optika  dibagi menjadi dua studi pembahasan diantaranya : optika geometris dan optika fisis. Optika geomentris mempelajari mengenai, pemantulan, pembiasan, dan disfersi cahaya. Optic geometri menyatakan cahaya yakni garis-garis lurus yang dibelokan pada permukaan yang merefleksikan cahaya atau ynag merefraksikan cahaya. Tetapi banyak aspek prilaku cahaya yang tidak dapat difahami berdasarkan sinar sedangkan secara fundamental cahaya adalah gelombang dan dalam beberapa situasi kita harus meninjau sifat-sifat gelombangnya secara eksflisit pola cahaya yang dihasilkan adalah sebuah resultan dari sifat gelombang dari cahaya dan tidak dapat difahami berdasarkan sinar. Efek optif yang bergantung pada sifat gelombang dari cahaya dikelompokan dalam topic  optika fisis (physical optics). Sedangkan optika fisis mempelajari mengenai polarisasi, difraksi, dan interferensi. Dalam makalah ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi bila dua gelombang bergabung.
Setiap orang dengan menggunakan sebuah baskom air dapat melihat bagaimana interferensi antara dua gelombang permukaan air, dapat menghasilkan pola-pola bervariasi yang dapat dilihat dengan jelas. Dua orang yang bersenansung dengan nada-nada dasar yang frekuensinya berbeda sedikit akan mendengar layangan (penguatan dan pelemahan binyi) sebagai hasil interferensi gelombang bunyi. Tetapi jika kita menyinarkan cahaya dari dua buah senter pada tempat (titik) yang sama dilayar, kita tidak mengMti peritiwa interferensi cahaya dilayar. Kita hanya melihat bahwa daerah dimana cahaya bertindih (brtumbukan) adalah lebih terang secara seragam. Sanngalah sukar  untuk mengamati unterferensi cahaya karena dua alasan. Pertama, panjang gelombang cahaya sangat pendek kira-kira 1 % dari lebar rambut. Kedua, setiap sumber alamiah cahaya bmemancarkan gelombang cahaya yang fasenya sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat singkat. Ini tak dapat diamati oleh mata anda atau film fotografi, kecuali jika prosedur tertentu digunakan. Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada gelombang air atau gelombang bunyi .
Dalam makalah ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi bila dua gelombang bergabung.  Warna-warna yang terlihat dalam film minyak dan gelembung sabun adalah akibat interferensi diantara cahaya yang direfleksikan dari permukaan depan dan permukaan belakang sebuah film minyak yang tipis atau larutan sabun. Interferensi dapat terjadi dengan sebarang macam gelombang. Makalah ini akan menunjukan aplikasi pada jenis gelombang bunyi dan gelombang air.
B.      Tujuan
1.      Dapat memahami interferensi  dan sumber-sumber koheren
2.      Dapat memahami interferensi cahaya dua sumber
3.      Dapat memahami intensitas dalam pola interferensi
4.      Dapat memahami interferensi dalam film tipis
5.      Dapat mengetahui interferometer Michelson
C.      Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan interferensi  dan sumber-sumber koheren?
2.      Bagaimana interferensi cahaya pada dua sumber?
3.      Bagaimana intensitas dalam pola intreferensi?
4.      Bagaimana interferensi dalam film tipis ?
5.      Bagaimana interferometer Michelson ?








BAB II
PEMBAHASAN

A.       Interferensi dan sumber-sumber koheren
Interferensi ialah pengagabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik diruang. Bila ini terjadi gelombang total disebarang titik tersebut ditentukan prinsip superposisi. Prinsip superposisi menyatakan bahwa dua gelombang  dapat melalui satu titik yang sama tanpa saling mempengaruhi tetapi keduanya memiliki  efek gabungan yang diperoleh dengan menjumlahkan simpangan mereka. Kita telah mengetahui dalam fenomena interferensi yang terjadi pada gelombang tranfersal pada sebuah dawai dan untuk gelombang longitiudinal dalam sebuah fluida yang mengisi sebuah pipa. Dan pada gelombang elektromagnetik dalam fenomena tersebut gelombang hanya merambat sepanjang dawai, disepanjang pipa yang diisi fluida, dan disepanjang arah perambatan gelombang elektromagnetik. Tetapi gelombang cahaya dapat merambat (berjalan) dalam dua atau tiga dimensi.
Dalam optika ini gelombang  yang dipancarkan merupakan cahaya monokromatik yang merupakan cahaya dengan frekuensi tunggal. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara dua gelombang atau dua sumber gelombang. Tumpang tindih gelombang-gelombang dari dua sumber cahaya monokromatik yang koheren membentuk sebuah pola interferensi. Karena interferensi tidaklah senyata seperti interferensi pada gelombang transversal pada sebuah dawai, gelombang longitudinal dalam sebuah pipa  yang mengisi sebuah pipa, dan dalam gelombang elektromagnetik. Maka syarat utama agar interferensi dapat diamati adalah kedua sumber gelombang harus koheren. Yang dimaksud dengan dua sumber gelombang koheren adalah kedua gelombang selalu memiliki beda fase tetap (tidak harus nol). Supaya beda fase selalu tetap, maka kedua gelombng harus memiliki fase yang sama contoh kedua gelombang yang memiliki fase yang sama dapat berupa dua pengaduk yang disinkronisasi dalam sebuah tangki reaksi, dua pengeras suara yang dijalankan oleh penguat yang sama, dua antenna radio yang diperkuat oleh pemancar yang sama, atau dua lubang atau celah kecil dalam sebuah layar tak tembus cahaya, yang disinari oleh sumber cahaya monokromatik yang sama.
Syarat tambahan agar interferensi kedua gelombang koheren dapat diamati denga jelas adalah kedua gelombang harus memiliki amplitudo yang hamper sama dan panjang gelombang yang sama. Karena cahaya alamiah tidaklah koheren maka sangat sukar bagi  kita untuk mengamati interferensi cahaya dalam keseharian. Interferensi konstruktif terjadi dititik-titik dimana selisih lintasan (selisih jarak dari kedua sumber Itu ketitik tersebut) adalah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang,m . Ketika kedua gelombang yang berpadu sefase (beda fase = 0, 2 atau beda lintasan = 0, , 2 λ, 3 λ…) terjadi intereferensi konstruktif(saling menguatkan). interferensi destruktif terjadi dititik-titik dimana selisih lintasan itu adalah kelipatan ganjil setengah bilangan bulat dari panjang gelombang (m + Gelombang resultan memiliki amplitude maksimum. Ketika kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase (beda fase =  3 , 5 , … atau beda lintasan =  , 1    , …) terjadi interferensi destruktif (saling melemahkan). Gelombang resultan memiliki amplitude nol.

B.        Interferensi Cahaya Dua Sumber
Interferensi pertama kali ditunjukkan oleh Thomas Young pada tahun 1801, Ketika dua gelombang yang koheren menyinari/melalui dua celah sempit, maka akan teramati pola interferensi terang dan gelap pada layar. Pola interferensi terdiri atas pita-pita terang dan gelap yang silih berganti . Pita terang (garis terang) terjadi jika cahaya dari kedua celah mengalami interferensi maksimum (konstruktif) . Sedangkan pita gelap (garis gelap) terjadi jika cahaya dari kedua celah mengalami interferensi minimum ( destruktif).  Perhatikan gambar di bawah ini:
 


















Pita merah adalah puncak gelombang dan pita putih adalah lembah gelombang. Bila pita merah bertemu dengan pita merah maka akan terjadi interferensi maksimum dan sebaliknya jika pita merah bertemu dengan pita putih maka akan terjadi interferensi minimum.
Kita akan menurunkan rumus interferensi celah ganda young dengan menggunakan Gambar di bawah ini:
Perhatikan titik P pada layar O yang terletak sejauh L dari celah atau . Jarak antara kedua celah adalah d. Intensitas cahaya di P adalah resultan dari intensitas cahaya yang datang dari kedua celah. Pada gambar tampak lintasan yang ditempuh oleh cahaya dari  (yaitu ) lebih pendek dari pada cahaya dari . (yaitu . Selisih antara keduanya disebut beda lintasan. Dalam kasus ini, jarak antara kedua celah ( L > d ), sehingga sinar dapat dianggap sejajar dengan sinar , jadi beda lintasan adalah:
Karena  adalah siku-siku maka,
Telah dibahas sebelumnya bahwa interferensi maksimum ( pita terang) terjadi jika kedua gelombang yang berpadu memiliki fase sama (sefase). Fase sama antara dua gelombang terjadi jika beda lintasan antara keduanya  sama dengan 0, λ ,2λ, 3λ, …secara matematis dapat ditulis:
0, λ ,2λ, 3λ, …
Dengan   untuk pita terang pusat,  untuk pita terang pertama, ,  untuk pita terang kedua dan seterusnya.
Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua gelombang berlawanan fase atau memiliki beda lintasan sama dengan secara matematis dapat kita tulis:
       ; dengan
Gelap ke-nol tidak ada sehingga untuk pita gelap kesatu,  untuk pita gelap kedua,  untuk pita gelap ke tiga, dan seterusnya.
Untuk  dapat menyatakan kedudukan pita teran g ke-natau pita gelapke-ndiukur vertical dariO keP. Pada gambar diatas kedudukan tersebutdinyatakan oleh y. karena jarak antara celah dan layar sangat jauh dibandingkan dengan jarak antar celah, maka sudut bernilai sangat kecil atau ( = 0), tan  adalah sangat hamper miripdengan sin , maka:

Sin  tan  =
Sehingga,
d  sin d

kemudian masukan ke persaman d sin  = m λ, maka:

d = m λ

y  = L            (interferensi kontstruktif dalam eksperimen young).

Persamaan diatas hanya berlaku untuk sudut kecil. Persamaan itu hanya dapat digunakan jika jarak L daricelah-celah ke layar jauh lebih besar dari pada   pemisahan celah d dan jika L jauh lebih besar dari jarak y dari pusat pola interferensi ke pita terangke-m.
Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu berbanding terbalik dengan jarak d diantara celah-celah itu.Semakin berdekatan celah-celah itu, semakin tersebar pula pola tersebut.Bila celah-celah itu terpisah jauh, maka pita-pita dalam pola itu akan lebih dekat satu sama lain.        

C.                  Intensitas Dalam Pola Interferensi
Pola interferensi cahaya dari dua sumber atau lebih dapat diamati jika sumber-sumber tersebut koheren, dengan kata lain jika sumber-sumber tersebut sefase atau memiliki perbedaan fase yang konstan terhadap waktu. Fungsi gelombang untuk gelombang elektromagnetik adalah vector medan listrik, untuk mencari intensitas pada sebarang titik pada pola interferensi kita harus menggabungkan kedua medan yang berubah secara sinusoidal.
Untuk menghitung intensitas cahaya pada layar di titik sembarang  P, kita perlu menambahkan fungsi  gelombang harmonik yang berbeda fase, fungsi  gelombang untuk gelombang elektromagnetik ialah vektor medan listrik. Misalkan  merupakan medan listrik di sembarang titik P pada layar akibat gelombang pada celah 1, dan misalkan  merupakan medan  listrik pada  titik itu akibat gelombang dari celah 2 . Karena sudut  yang diperhatikan ini kecil, kita dapat menganggap bahwa medan ini sejajar dan hanya memperhatikan besarannya saja.
 Kedua medan listrik berisolasi dengan frekuensi yang sama  (karena keduannya berasal dari sumber tunggal yang menerangi kedua celah) dan keduannya memiliki amplitudo yang sama (Perbedaan lintasan sebagian besar hanya dalam orde beberapa panjang gelombang cahaya). Keduanya memiliki perbedaan fase  dimana fungsi tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:
Maka gelombang resultan adalah:
Dengan menggunkan rumus trigonometri untuk kedua fungsi sinus dirumuskan:
Maka persamaan diatas menjadi:
E =
Amplitudo gelombang resultan dengan demikian menjadi  . Amplitudo ini memiliki nilai maksimum sebesar , apabila gelombang sefase (= 0 atau bilangan bulat kali 2 ) dan nol apabila gelombangnya berbeda fase 180 (atau bilangan ganjil kali ). Karena intensitas sebanding dengan kuadrat jarak amplitudonya, intensitas pada sembarang titik P adalah :
Dengan merupakan intensitas cahaya pada layar dari setiap celah secara terpisah. Sudut fase  dihubungkan degan kedudukan pada layar oleh persamaan  dan sudut fase dihubungkan dengan maka:

Grafik intensitas sebagai fungsi  ditunjukkan pada gambar berikut:




Gelombang akan menguat bila Cos , dimana (dan akan melemah jika Cos  dimana (
D.       Interferensi dalam Film Tipis
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengamati garis-garis berwarna yang tampak pada lapian tipis bengsin atau oli yang tumpah dipermukaan air saat sinar matahari menyoroti permukaan oli tersebut. Kita sering melihat pita-pita warna yang terang bila cahaya terefleksikan dari sebuah gelombang sabun atau dari sebuah lapisann minyak yang tipis yanhg mengapung pada permukaan air. Ini adalah hasil-hasil interfretasi. Gelombang cahaya direfleksikan dari permukaan-permukaan yang berlawanan dari film tipis sseperti itu, dan interferensi konstruktif di antara gelombang yang di refleksikan itu (dengan panjang lintasan yang berbeda) untuk gelombang yang berbeda.



 







Perhatikan Gambar diatas, kita tinjau seberkas cahaya monokromatis yang jatuh pada suatu Film (lapisan) tipis transparan. Tampak bahwa cahaya dipantulkan oleh permukaan atas lapisan menempuh lintasan ABC, sedangkan cahaya yang dipantulkan oleh permukaan bawah film menempuh lintasan ABDEF yang lebih panjang. Dengan demikian , Seberkas cahaya yang datan g pada film (lapisan) tipis menghasilkan dua berkas cahaya pantul koheren, yang berasal dari pemantulan setiap permukaan lapisan.
Untuk memudahkan analisis kuantitatif kasus interferensi cahaya pada lapisan tipis, anggap saja sinar monokromatis databg tegak lurus pada film Tipis. Dengan demikian. Beda lintasn berkas cahaya pantul dari kedua permukaan film tipis adalah:
ΔS = ABDEF – ABC = 2t
Dengan t adalah tebal film tipis. Jika tidak ada pengaruh lain. Berkas-berkas cahaya akan menghasilkan interferensi konstruktif ketika beda lintasan, ΔS, sama dengan kelipatan bulat dari panjang gelombang. Dalam kasus ini ada pengaruh lain. Ketika cahaya dengan panjang gelombang λ merambat :
1.    Bila na > nb , Cahaya merambat lebih lambat di medium pertama dibandingkan dalam medium kedua. Dalam kasus ini, Er dan Ei mempumyai tanda yang sama, dan pergeseran fasa kelombang yang di refleksikan relative terhadap gelombang yang masuk adalah nol
2.    Bila na = nb , Amplitudo Er dari gelombang yang di refleksikan itu adalah nol. Gelombang cahaya yang masuk tidak dapat “melihat” antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang direfleksikan.
3.    Bila na < nb , Cahaya membuat lebih lamabat dalam material kedua daripada dalam material pertama. Dalam kasus ini Er dan Ei mempunyai danda yang berlawanan, dan pergeseran fase gelombang yang direfleksikan itu relative terhadap gelombang yang masuk adalah π rad (1800 atau setengah siklus).
Dan kita bandingkan dengan peristiwa pada Gambar 1. Untuk gelombang yang direfleksikan dalam permukaan setelah atas lapisan udara , na (kaca) lebih kecil dari pada nb, sehingga gelombang ini mempunyai pergeseran sebesar nol. Untuk gelombang yang direfleksikan dari permukaan sebesar na (udara) lebih kecil daripada nb (kaca) , sehingga gelombang ini mempunyai pergeseran fase sebesar siklus.
(refleksi konstruktif dari film tipis tidak ada pergeseran Relatif)
 
Seingga, Jika film mempunyai tebal t , cahay masuk dalam arah normal dan dengaan panjang gelombang λ dalam film itu, jika tidak ada satupu dari gelombang gelombang itu atau joka kedua gelombang yang di refleksikan dari kedua permukaan itu mempunyai pergeseran fasa refleksi itu sebesar setengah siklus, maka syarat untuk interferensi adalah.
2t = mλ            (m = 0, 1, 2,…. )

Akan tetapi , bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus , permaslahan ini adalah syarat untuk interferensi destruktif.
(refleksi Destruktif dari film tipis, tidak ada pergeseran Relatif).
 
Demikian juga jika tidak ada satupun dari gelombang-gelombang atau jika keduanya mempunyai pergeseran fasa setengah siklus , maka syaratnya ubtuk interferensi destruktif dalam gelombang-gelombang yang direfleksikan adalah.
 2t =   λ          (m = 0, 1, 2,…. )                      
Akan tetapi jika satu gelombang memiliki pergeseran fasa setengah siklus , maka inilah untuk syarat interferensi Konstruktif.
1.      Cincin Newton
Cincin Newton merupakan pola interferensi berupa lingkaran-lingkaran gelap dan terang secara berurutan. Pola interferensi cincin Newton ini terjadi jika cahaya yang panjang gelombangnya λ datang dalam arah tegak lurus pada sistem optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung-datar (plan-konveks) dengan jari-jari R yang diletakkan diatas kaca plan-pararel seperti pada gambar1.
Apabila kaca dengan permukaan lengkung diletakkkan bersentuhan dengan kaca berpermukaan datar, gambar 1,  deretan cincin-cincin tidak sepusat akn muncul saat disinari dengan cahaya monokromatik dari atas. Ini dinamakan cincin newton’ dan diakibatkan oleh interferansi antara cahaya pantul dari atas dan bawah permukaan celah udara yang sangat tipis antara dua kepingan kaca. Karena celah tipis ini ( yang ekivalen dengan film tipis) melebar dari titik pusat sentuhan (kontrol) sampai ke pinggir, panjang lintasa tambahan sinar terbawah (sama dengan BCD) beragan, yang sama dengan 1/2 λ,  λ, 3/2 λ, 2 λ dan seterusnya, yang berhibungan dengan sifat interferensi saling menguatkan atau saling melemahkan; dan memunculkan deretan garis gelap dan terang.
                                                                                                                       


2.      Lapisan Nonreflektif Dan Lapisan Refrektif
Lapisan nonreflektif (nonreflective coating) untuk permukaan lensa memanfaatkan interferensi film tipis. Sebuah lapisan tipis atau film yang material tembus cahayanya keras, dengan indeks refraksi yang lebih kecil daripada indeks refraksi dari kaca ditaruh diatas permukaan lensa itu, seperti dalam gambar 37-15. Cahaya direfleksikan dari kedua permukaan lapisan itu. Dalam kedua refleksi cahaya direfleksikan dari sebuah medium yang indeks refraksinya lebih besar daripada indeks refraksi dalam mana cahaya itu berjalan, sehingga perubahan fasa yang sama terjadi dalam kedua refleksi. Jika tebalnya film itu adalah seperempat dari panjang gelombang dalam film tersebut (cahaya dianggap masuk dalam arah nirmal), maka selisih lintasan total adalah setengah panjang gelombang. Cahaya yang direfleksikan dari permukaan pertama akan berbeda fasa sebesar setengah siklus dengan cahaya yang direfleksikan dari permukaan kedua, dan ada interferensi destruktif.
            Ketebalan lapisan nonreflektif itu dapat mencapai sebesar seperempat panjang gelombang hanya untuk satu panjang gelombangtertentu. Ini biasanya dipilih dalam bagian kuning-hijautengah dari spektrum (= 550 nm), di mana mata mengindra paling peka. Maka akan ada lebih banyak refleksi pada panjang gelombang yang lebih panjang (merah) dan pada panjang gelombang yang lebih pndek (biru), dan cahaya yang direfleksikan mempunyai warna ungu. Refleksi keseluruhan dari sebuah lensa atau permukaan perisma dapat direduksi dengan cara ini dari 4-5% menjadi kurang dari 1%. Penanganaitu juga menambah jumlah neto dari cahaya yang di transmisikan melalui lensa itu, karena cahaya yang tidak direfleksikan akan ditransmisikan. Prinsip yang sama digunakan untuk meminimumkan refleksi dari sel surya fotovoltaik silikon (n = 3,5) dengan menggunakan sebuah lapisan permukaan silikon monoksida yang tipis (SiO, n = 1,45);ini membantu untuk menambah banyaknya cahaya yang betul-betul mencapai sel surya itu.
            Jika material yang tebalnya seperempat panjang gelombang dengan indeks refraksi yang lebih besar daripada indeks refraksi kaca ditaruh di atas kaca, maka reflaktivitasnya akan bertambah besar, dan material yang ditaruh atau di depositkan itu dinamakan lapisan reflektif (recleftive coating). Dalam kasus ini ada pergeseran fasa setengah siklus pada antar muka udara-film tetapi tidak ada pergeseran fasadi antar muka film-kaca, dan refleksi dari kedua sisi film itu berinterferensi secara refleksi dari kedua sisi film itu berinterferensi secara konstruktif. Contohnya, sebuah lapisan dengan indeks refraksi 2,5 menyebabkan 38% dari energi yang masuk ituyang direfleksikan, dibandingkan dengan kurang lebih 4% yang tanpa lapisan. Dengan menggunakan lapisan ganda (multiple-layer coating) maka dimungkinkan untuk mencapai hasil 100% transmisi atau refleksi untuk panjang gelombang tertentu. Beberapa pemakaian praktis dari lapisan ini adalah untukpemisahan warna dalam kamera televisiberwarna dan untuk “refraktor kalor” inframerah dalam proyektor gambar hidup, sel surya, dan kelep astronot. Lapisan reflektif terjadi dalam alam pada ikan haring dan ikan yang brkulit seperti perak lainnya; ini memberikan penampilan yang bersinar pada ikan itu.
E.        Interferometer Michelson
     Interferometer Micheolseon merupakan sebuah alat eksperimental. Seabad yang lalu alat itu menjadi salah satu eksperimen penting untuk mendukung teori relativitas, akhir-akhir ini interferometer Michelseon telah digunakan untuk melakukan pengukuran yang teliti dari panjang gelombang dan pengukuran yang teliti dari jarak-jarak yang sangat kecil seperti perubahan ketebalan yang sangat kecil dari sebuh akson bila sebuah inpuls saraf merambat sepanjang sarap itu dan untuk menentukan diameter bintang (bintang ampak tampak sebagai bintik cahaya walaupun kita memakai teleskop yang sangat kuat).
Interferometer Micheolseon ditemukan oleh Albert A Michaelson (1852-1931) dilahirkan di Jerman. Michaelson mengambil spesialisasi pengukuran dengan ketelitian yang tinggi, berpuluh-puluh tahun hasil pengukuran kelajuan cahayanya merupakan yang terbaik. Hasil kerjasama Michaelson yang terpenting diperolehnya pada tahun 1887 sebagai hasil kerjasama dengan Edward Morley. Eksperimen tersebut dinamakan eksperimen Michaelson Morley. Eksperimen Interferometer Micheolseon morley digunakan untuk mendeteksi gerak bumi melalui eter. Karena. Pada mulanya kebanyakan fisikawan percaya bahwa perambatan gelombang cahaya terjadi dalam sebuah medium yang dinamakan “eter”.


 


                                                                                         






Pada gambar diatas, cahaya dari sumber yang luas mengenai plat A, sebagian sisi pembagi berkas dilapisi perak sehingga sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dilewatkan. Berkas pantulan merambat ke cermin M2 dan dipantulkan kembali ke mata di O.Berkas yang dilewatkan merambat ke plat pengompensasi B, yang sama tebalnya dengan plat A terus ke cermin M1 dan dipantulkan kembali ke plat A dan kemudian ke mata di O. Tujuan penggunaan plat B ialah untuk membuat kedua berkas lewat melalui kaca dengan tebal yang sama. Cermin M1 di pasang tetap, tetapi cermin M2 dapat digerakan maju mundur dengan penyetelan sekrup dikalibrasi tepat dan cermat. Kedua berkas bergabung di O dan membtntuk pola interferensi. Pola ini paling mudah dipahami dengan memperhatikan cermin M2 dan bayangan cermin M1 yang dihasilkan oleh cermin dalam pembagi berkas A, bayangan ini dilabeli  pada diagram.
Jika cermin M1dan M2 benar-benar saling tegak lurus dan berjarak sama dari pembagi berkas, pebayangan  dan M2 akan berimpit, Jika tidak maka  akan sedikit berubah dan akan membentuk sudut yang kecil terhadap M2 seperti yang ditunjukkan pada diagram tersebut. Pola interferensi di O dengan demikian akan berupa film udara berberntuk seperti kampak antara . .Jika M2 sekarang digeser pola rumbai akan bergeser jika misalnya cermin M2 digeser kearah pembagi sejarak ¼ λ tebal kampaknya akan bertambah sebanyak ¼ λ  pada setiap titik, ini akan memunculkan perbedaan lintasan tambahan sebesar ½ λ dimana saja dalam kampaknya (karena cahaya melintasi baji tersebut dua kali). Pola rumbai itu akan berpindah sejauh ½ rumbai,  dengan kata lain rumbai yang sebelumnya gelap sekarang menjadi rumai terang dan seterusnya. Jika jarak pindah cermin M2 diketahui panjang gelombang cahaya dapat ditentukan.













DAFTAR PUSTAKA


Beiser, Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Zemansky, Search. 1991. Fisika Universitas. Jakarta: Trimitra Mandiri.
Tipler , Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marten. 2007. Fisika SMA XII. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, dauglas C.2001.Fisika Edisi Kelima Jilid 2.Jakarta Erlangga.






















2 komentar:

Unknown mengatakan...

alhamdulillah
brmanfaat

Anonim mengatakan...

Best Merkur & Fis-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur
Merkur deccasino and kadangpintar Fis-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur-Merkur. worrione

Posting Komentar

Pengikut

Kalender

Tong Hilap Waktu Sholat